The traditional architecture of the Dalam Loka Palace in Sumbawa is a historical heritage that is stored in local culture as a royal residence. This palace was built in 1885 during the reign of Muhammad Jalaluddinsyah III which was used as a resting place for the royal family. The purpose of the research is to see the history and development of palace architecture along with the renovations that do not cause a shift in values, let alone cause the loss of meaning and social function as well as the local wisdom contained in it. The method used in this research is using a qualitative descriptive approach that starts from the stages of source collection heuristic, criticism verification, analysis and synthesis interpretation, and writing historiography, observation, interviews, literature study. The results show that the modernization referred to in the traditional architecture of the Istana Dalam Loka is to carry out a thorough restoration without changing the meaning as a moral basis that is embedded in the value of the existence of the palace in local Sumbawa. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Ilmiah Mandala Education Terakreditasi Peringkat 4 No. SK 36/E/KPT/2019 Vol. 7. No. 4 Oktober 2021 p-ISSN 2442-9511 e-ISSN 2656-5862 Jurnal Ilmiah Mandala Education 87 Modernisasi Arsitektur Tradisional Istana Dalam Lokal Di Sumbawa Studi Historis Arkeologi Subari1, Anwar2 Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Samawa Rea Email subarisejarah anwardonggo Abstract Abstract The traditional architecture of the Dalam Loka Palace in Sumbawa is a historical heritage that is stored in local culture as a royal residence. This palace was built in 1885 during the reign of Muhammad Jalaluddinsyah III which was used as a resting place for the royal family. The purpose of the research is to see the history and development of palace architecture along with the renovations that do not cause a shift in values, let alone cause the loss of meaning and social function as well as the local wisdom contained in it. The method used in this research is using a qualitative descriptive approach that starts from the stages of source collection heuristic, criticism verification, analysis and synthesis interpretation, and writing historiography, observation, interviews, literature study. The results show that the modernization referred to in the traditional architecture of the Istana Dalam Loka is to carry out a thorough restoration without changing the meaning as a moral basis that is embedded in the value of the existence of the palace in local Sumbawa. Keywords Modernization, Traditional Architecture, Palace in Loka Abstrak Abstrak Arsitektur tradisional Istana Dalam Loka di Sumbawa merupakan warisan sejarah yang tersimpan dalam budaya lokal sebagai tempat singgahsana kerajaan. Istana ini dibangun pada tahun 1885 pada masa pemerintahan Muhammad Jalaluddinsyah III yang digunakan sebagai tempat peristrahatan keluarga kerajaan. Adapun tujuan penelitian adalah untuk melihat sejarah dan perkembangan arsitektur istana seiring dengan adanya renovasi yang tidak menyebabkan terjadinya pergeseran nilai, apalagi menyebabkan hilangnya makna dan fungsi sosial serta kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang dimulai dari tahap pengumpulan sumber heuristic, kritik verifikasi, analisis dan sintesis Interpretasi, dan penulisan historiografi, observasi, wawancara, studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa modernisasi yang dimaksud dalam arsitektur tradisional Istana Dalam Loka adalah melakukan pemugaran kembali secara menyeluruh dengan tidak merubah makna sebagai basic moral yang tertanam dalam nilai eksistensi istana dalam lokal Sumbawa. Kata Kunci Modernisasi, Arsitektur Tradisional, Istana Dalam Loka PENDAHULUAN Arsitektur tradisional merupakan basic kekuatan budaya yang tumbuh dan berkembang seiring dengan pola perkembangan kehidupan suku dan bangsa. Dalam arsitektur tradisional tersebut, terwujud suatu warisan budaya yang ideal sehingga wujud material dari suatu kebudayaan dapat dikhayati dan diamalkan oleh masyarakat. Dengan demikian itu, wujud material itu akan melahirkan rasa cinta terhadap arsitektur budaya tradisional yang dibangun oleh leluhrnya. Berangkat dari argumentasi ini, bahwa arsitektur dapat dipahami melalui metafora keindahan yang dapat dilihat dalam sudut pandang sastra social dengan karakteristik yang berbeda. Menurut naskah kuno sastra jawa dan kitab Buk Tana Samawa secara tegas menjelaskan bahwa relevansi antara lingkungan dan kehidupan budaya manusia. Dalam Mardanas, 19857 menyatakan bahwa masyarakat tradisonal dalam proses tata kelolah wilayah dan bangunan secara popular dibangun atas dasar penikmat rasa estetika dan nilai seni. Akan tetapi lanjut mardanas, bahwa arsitektur bukan semata-mata untuk pertama kali penikmat rasa estetika bangunan yang kemudian sebagai basic utama kelangsungan hidup secara kosmis. Arsitektur tradisional budaya local Sumbawa mempunyai cirri khas dengan unsur-unsur estetika dalam hiasan yang digunakan pada rumah tradisional adalah perpaduan antara flora dan fauna. Secara Jurnal Ilmiah Mandala Education Terakreditasi Peringkat 4 No. SK 36/E/KPT/2019 Vol. 7. No. 4 Oktober 2021 p-ISSN 2442-9511 e-ISSN 2656-5862 Jurnal Ilmiah Mandala Education 88 konseptual, bahwa arsitektur masyarakat tradisional Sumbawa Tana’ Samawa berdasarkan suatu pandangan hidup ontologis dalam memahami alam semesta secara universal. Filosofi hidup masyarakat tradisional Sumbawa yang disebut “Salimpat” empat unsure menjadikan sebagai penyempurnaan identitas diri. Dalam filosofi itu menurut Tato, 20082, menyatakan bahwa segala aspek kehidupan manusia barulah sempurna, jika terbentuk segi empat, yang merupakan mitos asal kejadian manusia yang terdiri dari empat unsure, yaitu Tanah, air, api, dan angin. Dalam kontek itu, masyarakat tradisional Sumbawa memilki konsep pemahaman struktur pelapisan alam dalam tiga bagian kosmos, yaitu alam bawah, alam tengah dan alam atas. Oleh karena itu aspek rumah tradisional masyarakat suku Sumbawa yang tersusun dalam tiga tingkatan dan berbentuk segi empat, dibangun dengan pola mengikuti bentuk kosmos menurut kepercayaan masyarakat Sumbawa. Argumentasi ini, dibangun berdasarkan bahwa alam raya tersusun dalam tiga tingkatan, 1 Nene Pang Bao Awan Pitu diatas langit ke tujuh yaitu dimana dewa-dewa di pimpin oleh seorang dewa tertinggi yang bersemayam di langit ke tujuh yang disebut Nene Kuasa dewa tunggal, 2 Pang Tengah adalah wakil-wakil dewa tertinggi yang menghuni di bumi dan bertugas mengatur hubungan manusia dengan dewa tertinggi serta mengawasi tata tertib jalannya roda kosmos, 3 Pang Bawa merupakan bentuk kosmos yang paling bawah dan berkaitan dengan pembuatan atau pembangunan rumah harus disasrkan pada kosmologis, dan diungkapkan dalam makna simbolis-simbolis yang diturunkan secara turun temurun Hamid, 197812. Istanah tua dalam loka adalah bentuk arsitektur tradisional di Sumbawa tercermin dalam warisan budaya dan perlu dilestarikan untuk mempertankan keragaman budaya bangsa. Dan oleh sebab itu, perlu dilakukan pengkajian guna mengungkapkan warisan budaya masa lampau sebagai symbol kejayaan kerajaan Sumbawa pada masa lalu. Masalah yang di teliti dalam penelitian ini adalah sejarah dan bentuk arkeologis Dalam Loka istanah tua sebagai icon rumah adat masyarakat Sumbawa dan esensi arsitektur dalam istanah dalam loka. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan penedekatan kualitatif tentang pembaharuan terhadap Istana Tua dalam loka. Adapun data dalam metode penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik pengamatan, wawancara, dan studi pustaka. Setelah data terkumpul, maka kemudian dianalisis dan dideskriptif. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah untuk mengetahui terjadi pembahuruan terhadap arsitektur tradisional istana tua dalam loka di sumbawa yang telah menjadi warisan budaya masyarakat sumbawa secara turun temurun. Pengkajian ini, dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Sedangkan dalam tahap pengumpulan data dilakukan observasi lapangan dengan para tokoh-tokoh sejarah Sumbawa dan tukang yang pernah membangun istana dalam loka Sumbawa. Hasil dari observasi dan wawancara akan didukung oleh studi pustaka. Penelitian ini cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif yang disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam untuk dapat dijelaskan melalui langkah heuristik, kritik, interprestasi, dan historiografi Heriyono, 1995. 1. Tahapan Penelitian a. Tahap observasi Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi lapangan dilakukan untuk mengumpul data dengan cara memfoto, mengukur, membuat sketsa istanah dalam loka Sumbawa. Untuk Objek penelitian dilakukan Rumah Adat Istanah Tua dalam loka yang berlokasi di Kelurahan Seketeng, Kabupaten Sumbawa Besar. b. Tahap Wawancara Wawancara dilakukan untuk mengumpul data dengan menanyakan tokoh-tokoh yang mengerti tentang sejarah dan tokoh-tokoh yang terlibat Jurnal Ilmiah Mandala Education Terakreditasi Peringkat 4 No. SK 36/E/KPT/2019 Vol. 7. No. 4 Oktober 2021 p-ISSN 2442-9511 e-ISSN 2656-5862 Jurnal Ilmiah Mandala Education 89 dalam pembaharuan arsitektur tradisional istana dalam loka Sumbawa. Tahap ini diperlukan untuk mengumpul informasi-informasi yang akurat untuk mengkaji proses pembaharuan rumah adat tanah samawa. Berdasarkan hasil obserfasi lapangan, maka jenis data yang digunkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara tokoh-tokoh yang ada di masyarakat, seperti tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat. c. Tahap studi pustaka Studi pustaka dilakukan data yang diperoleh data dari peneliti terdahulu dan buku, jurnal, artikel maupun laporan yang berkaitan dengan judul penelitian yang mau diteliti. d. Tahap analisis Tahap ini dilakukan utnuk menganalisis apabila dari ketiga tahap di atas sudah dilakukan. Maka data-data yang diperoleh, kemudian di analisa berdasarkan variable penelitian yang nantinya akan di teliti mana yang valid dan tidak valid untuk diteruskan dalam bentuk penulisan. Dalam proses analisis data dalam penelitian ini menurut Moleong, 2014 dilakukan dengan cara sebagai berikut 2. Reduksi data Proses reduksi data yaitu, memilih atau menyeleksi data yang sudah terkumpulkan lalu memasukan kedalam tema, kategori, fokus, atau permasalahan penelitian. Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum, dipilih pada hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting. 3. Display data Proses display data yaitu penyajian data kedalam sejumlah matriks yang sesuai, misalnya matriks urutan waktu, matriks jalinan, dan lain sebagainya. Dengan kata lain proses ini adalah proses pengurutan data sesuai dengan waktu kejadian dan hal-hal yang memiliki keterkaitan untuk mendapatkan suatu interprestasi terhadap data penelitian. Dengan demikian, hal yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dala penelitian kualitatif adalah dengan teks naratif. 4. Conclution Data Proses conclution data yaitu penyimpulan data yang terkumpul dengan pelukisan atau penurutan tentang masalah-masalah yang dibahas dalam penelitian. Penyimpulan adalah memberikan kesimpulan-kesimpulan terhadap Data-data yang telah tersusun rapi menjadi tulisan yang benar tergolong komprehensif dan mendalam. Setelah sumber-sumber sejarah dikumpulkan maka kegiatan selanjutnya adalah verifikasi atau lazim disebut juga dengan kritik sumber dalam memperoleh keabsahan sumber. HASIL DAN PEMBAHASAN Sumbawa Pada Masa Kesultanan Latarbelakang sosial-historis bahwa masyarakat Sumbawa memiliki ragam budaya yang akan melahirkan kesadaran akan identitas sebagai bentuk peradaban dalam memperkaya khasana perbedaan latarbelakang kultur. Bentukan peradaban masyarakat tradisional Sumbawa tersimpan dalam pengetahuan kolektif masa lalu sebagai perwujudan nilai untuk diwariskan secara terus menerus oleh generasi mendatang. Peradaban Sumbawa memiliki cirri dalam bentuk arsitektur yang beragam dimulai dari yang tradisional, kolonial maupun yang modern. Menurut catatan sejarah bahwa Tanah Samawa Sumbawa memulai aktifitas sejarahnya sekitar abad ke 14 Masehi dengan menjalin hubungan politik bersama Dinasti Hayam Wuruk raja Majapahit dengan maha patihnya Gajah Mada 1350-1386. Dimana pada saat itu tanah Sumbawa disebut Dinasti Dewa Awan Kuning dengan wilayah kekuasaannya Jereweh, Taliwang, Seran dan raja terakhir adalah Dewa Maja Purwa. Pada saat yang sama kerajaan Dewa Awan Kuning menganut kepercayaa animisme hinduisme serta percaya pada kekuatan mistik yaitu roh Jurnal Ilmiah Mandala Education Terakreditasi Peringkat 4 No. SK 36/E/KPT/2019 Vol. 7. No. 4 Oktober 2021 p-ISSN 2442-9511 e-ISSN 2656-5862 Jurnal Ilmiah Mandala Education 90 nenek moyang. Namu seiring dengan perkembangan zaman kepercayaan animisme mulai ditinggalkan dan membuka diri dengan menerima islam sebagai agama terakhir. Masuknya islam ditanah samawa sekitar abad ke 16 Masehi tepat pada tahun 1540-1550 Masehi melalui para mubaligh dan para niaga dari Demak yang pada saat itu menjadi pusat penyebaran islam di Asia Tenggara. Dan pada tahun 1623 tanah Sumbawa dibawah kekuasaan Dewa Maja Purwa ditaklukan oleh Sultan Alaudin raja Gowa dengan melakukan exspansi guna mencari cadangan pangan ke seluruh pelosok pulau Sumbawa disatu sisi dan disisi lain menyebarkan agama islam. Proses islamisasi di kerajaan Sumbawa dilakukan dengan perkawinan silang antara putra dan putri mahakota kedua kerajaan, sehingga dengan demikian memudahkan proses interaksi dan pengenalaan islam bagi kerajaan Sumbawa yang bercorak hinduisme. Dengan hadirnya islam dalam kehidupan keagamaan masyarakat Sumbawa ikut merubah sistem pemerintahan yang bercorak kerajaan hindu berubah menjadi system kesultanan islam. Dengan runtuhnya kerajaan Majapahit sehingga mengakibatkan berdirinya kerajaan-kerajaan kecil di tanah samawa menjadi kerajaan yang merdeka akibat tekanan dan pengaruh kerajaan majapahit yang menganut kepercayaan hindu. Dalam kondisi yang demikian itu menjadi sebuah langkah bagi para mubaligh untuk memperkenalkan islam terhadap masyarakat Sumbawa. Melalui kerajaan Dewa Maja Purwa Utan yang terakhir kali menganut agama islam membuat nota kesepakatan dengan Kerajaan Gowa dibawah pimpinan Karaeng Moroangang dengan hasil kesepakatan “Adat dan Rapang Samawa contoh-contoh kebaikan tidak akan diganggu gugat sepanjang raja dan rakyat menjalankan syariat islam”. Setelaah wafatnya Raja Maja Purwa penerus tahta pemerintahan kerajaan Dewa Awan Kuning digantikan oleh Mas Goa untuk melanjutkan pengaruhnya. Pada masa pemerintahannya Mas Goa melanggar hasil kesepakatan yang yang dibuat oleh Raja Maja Purwa bersama Karaeng Moroangang untuk menjalaankan saryat islam seutuhnya. Pada tahun 1637 Mas Goa diturunkan paksa oleh rakyatnya disebabka karena masih menganut pemahaman serta pengaruh hinduisme didalam lingkungan kerajaan dan beliau digantikan oleh Mas Dini. Setelah beberapa tahun menjalankan roda pemerintahan kerajaannya pada tahun 1684 Mas Dini digantikan oleh Mas Bantam yang merupakan pendiri kerajaan Sumbawa dari dinasti Dewa Dalam Bawa dengan gelar bangsawan Sultan Harun Arasyid I 1674-1702 melalui perkawinan silang dengan putri raja Gowa. Setelah itu pada tahun 1702 Masehi kerajaan Dewa Awan Kuning dipimpin oleh putra kedua Sultan Harunarrasyid I yang bernama Mas Madinah yang dinobatkan sebagai Sultan Jalaluddin Muhammadsyah I 1702-1723. Berdasarkan “Adat Barenti Ko Syara dan Barenti Ko Kitabullah” sebagaimana yang tertuang didalam “Manik Kamutar Dewa Masmawa Piagam yang menjadi dasar dalam menjalakan roda pemerintahaannya. Tiga pokok utama Sultan Jalaluddin Muhammadsyah I mulai menanamkan pengaruhnya dengan menata dan mengatur system pemerintahan antara lain, 1, politik, keamanan, dan pertahanan, 2, Kemakmuran Rakyat, dan, 3, Ketakwaan Kepada Allah swt. Pada masa pemerintahannya beliau membangun istana yang diberi nama “Istana Bala Balong. Untuk menjaga kerajaan bebas dari pengaruh dan terlepas dari pengontrol penjajah, maka Sultan Muhammad Jalaluddin Syah I memimpin perang dan berjihat untuk mengusir serdadu penjajahan dari tanah Samawa. Dalam peperangan tersebut yang semakin senggit diperparah dengan gempuran kekuatan penjajah menyebabkan beliau wafat dalam perang itu. Setelah mangkat Sultan Jalaluddin Muhammadsyah I, maka yang meneruskan tahta kerajaan adalah Riwabatang Datu Balasawo Dewa Loka Ling Sampar 1723-1725 yang merupakan kakak tertua dari Sultan Jalaluddin Muhammadsyah I. Pada kekuasaannya beliau meneruskan kebijakan yang dijalankan oleh sultan selama dua tahun sampai beliau wafat dan di makamkan di “Makam Sampar yang kemudian mendapat nama Anumerta “Dewa Loka Ling Sampar”. Jurnal Ilmiah Mandala Education Terakreditasi Peringkat 4 No. SK 36/E/KPT/2019 Vol. 7. No. 4 Oktober 2021 p-ISSN 2442-9511 e-ISSN 2656-5862 Jurnal Ilmiah Mandala Education 91 Wafatnya beliau menyebabkan kekosongan pemimimpin dalam kesultanan kerajaan, dan setelah itu berdasarkan musyawarah dan mufakat dari tua adat, maka akhirnya dinobatkan Jalaluddin Datu Taliwang yang bernama Dewa Ling Gunung Setia sebagai Sultan Sumbawa 1725-1731. Selama masa pemerintahannya Gunung Setia meneruskan kebijakan yang dibuat oleh Sulta Sultan Muhammad Jalaluddin Syah I dan pada saat yang sama terjadi kebakaran yang mengahanguskan Istanah Bala Balong yang dibuat pada masa pemerintahan Sultan Jalaluddin Muhammadsyah I. Kebakaran itu menyebakan wafatnya Sultan Sumbawa beserta permaisuri dan keluarganya dan seluruh keluarga beliau di makamkan di bukit Gunung Setia yang kemudian diberi gelar Anumerta Datu Ling Gunung Setia. Setelah wafatnya Sultan Sumbawa Gunung Setia, maka penerus tahta kerajaan di gantikan oleh “Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin I 1731-1759. Pada masa pemerintahannya beliau membangun kembali istana yang sudah terbakar dan diberi nama Istana Gunung Setia. Sultan Muhammad Kaharuddin I dikenal sebagai pemimpin yang keras dan tidak mengenal kompromi terhadap penjajah Belanda. Sikap keras itu menjadi langkah jitu sultan untuk mengusir pemerintah hindia belanda dari bumi samawa. Pada tahun 1759 Sultan Muhammad Kaharuddin I wafat maka berdasarkan garis keturunan diangkatnya Dewa Masmawa Sultanah Siti Aisyah 1759-1761. Pada masa perintahannya sering terjadi pereteruan dengan para menteri dan pejabat kesultanan yang menyebabkan Sultanah Siti Aisyah diturunkan dari tahta kerajaan. Setelah itu digantikan oleh “Dewa Masmawa Lalu Onye Datu Ungkap Sermin Dewa Lengit Ling Dima 1761-1762 yang merupakan putra Datu Seppe yang berasal dari keturunan Harunarrasid I. Beberapa tahun memimpin kerajaan Lalu Onye meninggalkan tahta dengan alasan mencari suaka ke Bima. Selanjutnya setelah Lalu Onye meninggalkan tahta kesultanan, maka digantikan oleh Dewa Masmawa Sultan Muhammad Jalaluddinsyah II 1762-1765 yang berasal dari banjar. Pada masa kekuasaannya beliau mampu mengenadalikan dan meredam ketegangan yang menyebabkan sering terjadinya konflik diantara kesultanan, selain itu beliau juga berjasa dalam membasmi perompak diperairan Sumbawa disatu sisi dan disisi yang lain beliau melakukan reformasi dan peninjauan kembali terhadap kitab hukum pidanan dan ketentuan-ketentuan lainnya. Setelah wafatnya Muhammad Jalaluddinsyah II maka kekuasaan jatuh ketangan Sultan Mahmud 1765, namun karena umurnya yang masih kecil sehingga yang menjalankan roda pemerintahan ditunjuklah Datu Taliwang Dewa Mappaconga yang bernama Mustafa. Dalam catatan sejarah Kitab Bo bahwa Sultan Mahmud tidak pernah duduk di tahta singgasana kesultanan meskipun sudah dilantik menggantikan ayahnya. Penetapan Mustafa sebagai kesultanan menimbulkan rasa sakit hati bagi datu-datu yang lain karena cara memilih tidak sesuai dengan hokum adat sehingga raja-raja dibagian timur Sumbawa bekerja sama dengan belanda untuk membatalkan pengangkatan Mappacong Mustafa. Studi Historis Arkeologi Arsitektur Tradisional Istana Tua dalam loka Latar belakang historis berdirinya arsitektur tradisional Istana Dalam Loka Sumbawa adalah rumah tinggal keluarga kerajaan yang dibangun oleh Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III 1883-1831 yang merupakan sultan ke-16 dari dinasti Dalam Bawa. Berdasarkan akte yang tertanggal 18 agustus 1885 dari pemerintahan colonial Belanda yang memutuskan Sultan Muhammad jalaluddinsyah III untuk menjadi penguasa di kerajaan Sumbawa dan pada saat itulah pemerintah colonial belanda secara de facto berada di wilayah kesultanan Sumbawa. Arstektur rumah adat tradisional Istana Dalam Loka dibangun pada tahun 1885 dengan pekerjaan dibawah kendali Imam Haji Hasyim yang didesain menggunakan struktur istana yang diadopsi dari arsitektur mode Balla Lampoa di Goa. Bangunan Istana Dalam Loka berbentuk rumah panggung dengan luas bangunan 904 M persegi dengan bahan kayu yang sebagian besar adalah kayu jati. Jurnal Ilmiah Mandala Education Terakreditasi Peringkat 4 No. SK 36/E/KPT/2019 Vol. 7. No. 4 Oktober 2021 p-ISSN 2442-9511 e-ISSN 2656-5862 Jurnal Ilmiah Mandala Education 92 Desain arsitektur Istana Dalam Loka dipengaruhi oleh kuatnya pengaruh islam yang masuk di diwilayah kesultanan Sumbawa ikut mengubah tatananan kehidupan masyarakat yang kemudian larut dalam norma dan nilai-nilai syariat islam. Dalam Loka memiliki makna yang tersirat dalam ungkapan kata Dalam yakni Istana dan Loka yang berarti Dunia. Dalam Loka adalah rumah panggung kembar menghadap ke selatan yang berdiri kokoh, kuat, dan megah dengan 99 tiang yang terkandung dalam Usma’ul Husna yaitu 99 sifat allah mengandung makna dengan dapat memberikan suasana kesejukan, tentram, damai, aman, dan nyaman. Istana Dalam loka dibangun untuk menggantikan Istana yang terbakar pada masa kesultanan Gunung Setia yang termuat dalam filosofi adat “Syara Barenti Ko Kitabullah” yang mengandung arti semua adat istiadat maupun nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat Sumbawa dibangun berdasarkan pedoman pada syariat islam. Dalam Loka merupakan saksi sejarah yang menggambarkan tentang implementasi syariat islam pada kesultanan Sumbawa. Dengan arsitektur tradisional dirancang menggunakan ornament dengan symbol-simbol ajaran islam dan bahkan pada rentang waktu proses pembuatan tercermin pada umur manusia di dalam kandungan yaitu Sembilan bulan 10 hari. Arsitektur ini memiliki dua atap yang berbentuk kembar dengan satu tangga naik yang berada ditengah depan menghadap selatan yang merujuk pada syarat rukun sholat yakni “Attahiyat”. Bentukan ini dibuat untuk mengingatkan kepada keluarga kerajaan beserta rakyatnya agar selalu melaksanakan sholat waktu sehari semalam. Istana Dalam Loka adalah arsitektur tradisional yang terbesar dan terdapat ruangan-ruangan yang cukup besar di dalamnya dengan memiliki fungsi antara lain, 1, Lunyuk Agung, berfungsi sebagai ruang untuk melangsungkan acara resepsi keluarga raja, musyawarah dan mufakat, 2, Lunyuk Mas, adalah ruang khusus untuk istri raja, istri menteri, dan pembantu penting kerajaan apabila dilakukan musyawarah dan mufakat, 3. Ruang Dalam, merupakan bagian dari ruangan untuk mengadu dan melapor setiap ada kegiatan yang dianggap perlu, 4, Ruang Dalam, ruang ini terdiri empat ruang kamar yang diperuntungkan untuk putra dan putri raja yang sudah berkeluarga, 5, Ruang Sidang, runag ini pada malam hari digunakan untuk tempat tidur para dayang, 6, Ruang Dapur, ruang ini berfungsi untuk menyiapkan makanan para penghuni istana, 7, Kamar Mandi, 8, Bala Bule, merupakan ruang dua susun, untuk lantai pertama digunakan untuk bermain putra dan putri mahakota, sedangkan lantai kedua tempat untuk menyaksikan permainan dan pertunjukan di luar istana, sedangkan dihalaman istana terdapat tempat-tempat penting dimulai dari kebun keban alas, rumah jam lonceng, kandang kuda dan mesjid. Pemugaran dan Modernisasi Arsitektur Istana Dalam Loka Istana Dalam Loka merupakan rumah panggung berskala besar, modern dan indah yang berdiri kokoh, kuat dan tahan lama berada di jantung kota Kabupaten Sumbawa dengan menghadap keselatan. Bangunan ini didesai menggunakan ornament yang khas dengan rumah adat Gowa Makassar. Secara arsitektur, unusur-unsur yang digunakan adalah kayu dengan menggunakan struktur rangka berupa tiang dan balok yang berukuran besar yang dipasang secara teratur sebagai penyanggah kekuatan.. Bentuk strukturnya menonjol dengan skala megah dan secara vertikal bangunan terdiri dua lantai diantara lantai satu menyatu dengan dua bagian bangunan sedangkan lantai dua terpisah antara bagian barat dengan timur bangunan. Ornament dalam arsitektur tradisional Istana Dalam Loka tidak dihiasi dalam bentuk lukisan yang menghiasi kayu-kayu bangunan ini. Hampir seluruh bagian Gambar 1 Istana Tua Dalam Loka Sebelum Pemugaran Dok. Arsip Daerah Jurnal Ilmiah Mandala Education Terakreditasi Peringkat 4 No. SK 36/E/KPT/2019 Vol. 7. No. 4 Oktober 2021 p-ISSN 2442-9511 e-ISSN 2656-5862 Jurnal Ilmiah Mandala Education 93 kayu yang digunakan berbentuk polos tanpa ukiran dan cat. Gambar 2 Istana Tua Dalam Loka Hasil Pemugaran Dok. Pribadi Berdasarkan hasil pengkajian dan penilaian oleh tim Balai Pelestraian Cagar Budaya Bali, NTB, dan NTT bahwa Istana Dalam Loka memiliki tingkat kerusakan cukup signifikan dan perlu dilakukan pelesetarian. Proses pelaksanaan pemugaran arsitektur tradisional ini disebabkan karena factor umur yang sudah tua dengan kedudukan bangunan yang miring, retak, pelapukan dan rapuh yang tidak memungkinan untuk mempertahankan. Komponen-komponen kayu bangunan harus diganti demi melestarikan kedudukan situs cagar budaya sebagai warisan sejarah yang secara terus menerus dipertahankan untuk kepentingan bangsa dan Negara. Dalam pelaksanaan pemugaran menurut Undang-undang RI No. 11 tahun 2010 tentang pelestarian cagar budaya dengan ketentuan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis dan berkoordinasi dengan ahli arkeologi untuk memperhatikan etikan dan ekstensi bangunan. Pemugaran dilakukan untuk mengembalikan kondisi fisik bangunan cagar budaya yang rusak dengan ketentuan dengan tidak mengubah, menggeser, apalagi memindahkan benda purbakala ke tempat lain. Pemugaran bangunan arsitektur tradisional Istana Dalam Loka dilakukan pada tahun 1994 untuk menjaga kerusakan dengan cara memperbaiki, memperkuat, dan mengawetkan terhadap bahan-bahan bangunan yang digunakan melalui rekonstruksi, konsolidasi, rehabilitasi, dan restorasi. Hal ini merupakan serangkaian kegiatan dan upaya perbaikan pemulihan yang bertujuan untuk menjaga keaslian, bentuk bangunan, memperlambat proses kerusakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun hasil pemugaran Istana Dalam Loka dimulai dari 1, Pondasi, bertujuan untuk alas tiang bangunan agar tidak bersentuhan langsung dengan tanah. Awalnya pondasi menggunakan batu kali berbetuk bulat, namun setelah terjadi pemugaran maka batu kali digantikan menjadi semen beton yang lebih tinggi agar tidak tergenang resapan air sehingga menyebabkan kerusakan terhadap ujung bawah tiang. 2, Kemiringan, bangunan Istana Dalam Loka memiliki 99 tiang dengan menggunakan kayu jati yang masih asli dan tidak berubah, sedangkan tiang penyanggah sebagai rekonstruksi atap menagalami pergantian. Sebelumnya bangunan rumah panggung ini mengalami kemiringan akibat tekstur bangunan bagian bawah terjadi penurunan posisi yang kemudian kemiringan itu di angkat menjadi berdiri tegak lurus setelah terjadi pergantian kayu yang mengalami kerusakan. 3, Lantai, pada saat dibangunnya istana dalam loka, lanta menggunakan papan kayu biasa yang didatangkan dari daerah pelosok Sumbawa, namun setelah adanya pemugaran, lantai mengunakan kayu jati yang berukuran 3x30 cm disusun secara satu kesatuan yang rapih. 4, Dinding, berdasarkan analisa arkeologi bahwa dinding mengalami perubahan secara total yang awalnya terbuat dari perpaduan antara kayu bambu dengan kayu papan dan setelah terjadi renovasi maka dinding diganti menjadi kayu jati dengan ukuran 6x11 cm dan ketebalan 2 cm serta lebar 30 cm. 5 Atap, atap memiliki dua bagian yang terpisah yang pada awal berdirinya menggunakan seng yang didatangkan dari Singapura dan setelah terjadinya kerusakan serta banyak yang bocor menyebabkan air hujan masuk kedalam rumah sehingga atap yang menggunakan seng di ganti menjadi lapisan kayu uli yang didatangkan dari Daerah Kalimantan. KESIMPULAN Arsitektur tradisional Istana Tua dalam loka merupakan warisan cagar budaya yang dibangun pada masa Kesultanan Muhammad Jalaluddinsyah III 1883-1931. Istana dalam loka adalah rumah panggung besar yang Jurnal Ilmiah Mandala Education Terakreditasi Peringkat 4 No. SK 36/E/KPT/2019 Vol. 7. No. 4 Oktober 2021 p-ISSN 2442-9511 e-ISSN 2656-5862 Jurnal Ilmiah Mandala Education 94 berdiri kokoh, kuat, dan modern berlantai dua berpusat di tengah kota Kabupaten Sumbawa dengan luas bangunan 696,98 meter persegi dan memiliki 99 tiang penyanggah. Berdasarkan hasil pengkajian penilaian dari Balai Purbakala dan Arkeologi Bali, NTB, dan NTT bahwa Istana Tua dalam loka mengalami tingkat kerusakan yang cukup parah dengan kondisi kemiringan dan proses pelapukan terhadap kayu-kayu sehingga perlu dilakukan upaya pemugaran dan pengangkatan kembali terhadap rumah adat tersebut. Pemugaran arsitektur ini dilakukan 90% kecuali tiang yang masih asli, sedangkan unsure-unsur lain dimulai dari pondasi, lantai, dinding, tiang penyangga atap lantai dua, dan atap mengalami pergantian. SARAN Penelitian ini lebih menjelaskan tentang pemugaran kembali terhadap rumah adat tradisional Arsitetur Tradisional Dalam Loka akibat kerusakan dan pelapukan kayu-kayu dengan tingkat kerusakan yang cukup signifikan. Adapun syaran dari penulis adalah untuk tidak merubah dari bentuk keaslian arsitektur tradisional sehingga tidak terkesan menghilangkan nilai-nilai sejarah yang terkadung di dalamnya. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini bukanlah hal yang baru namun sudah ada penulis-penulis terdahulu yang menulis tentang rumah adat Istana Dalam Loka di Sumbawa. Untuk itu penulis menyarankan agar penulis selanjutnya dapat menjelaskan secara objektif dalam mengungkapkan situs-situs sejarah. UCAPAN TERIMAKASIH Dengan terlaksananya penelitian ini tidak lupa kami selaku tim peneliti mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud Lembaga Pelayanan Pendidikan Tinggi Wilayah VIII LLDIKTI-VIII atas pemberian dana penelitian, sehingga penelitian ini bisa terlaksana sesuai dengan waktu yang ditetapkan. DAFTAR PUSTAKA Chairil B. Amiuza, 2017. Semiotika Arsitektur Tradisional Sumbawa. Jurnal RUAS, Vol. 2 Henny Gambiro, Ahmad Yamin, 2018. Meneropong Istanah Tua Dalam Loka Warisan Arsitektur Tradisonal Sumbawa. Sumbawa Besar Jurnal Arsitektur Bangunan & Lingkungan. I Nyoman Sumartika, dkk, 2010. Purnapugar Istana Dalam Loka. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali, NTB, dan NTT Koentjaraningrat, 1983. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta Maryono Irawan, 1985. Pencermin Nilai Budaya Dalam Arsiterkur Indonesia, Jakarta Penerbit Jambatan. Rahil Muhammad Hasbi, 2017. Kajian Kearifan Lokal Pada Arsitektur Tradisional Rumah Aceh, Aceh Jurnal Arsitektur Bangunan & Lingkungan Univesitas Marcu Buana. Ricky FS. Rumagit, 2015. Arsitektur Tradisional Orang Kaili, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktoral Jenderal Kebudayaan. Saing A. M. 2010. Arsitektur Tradisional Rumah Adat Bugis Makassar. Makassar Indira Art Sardjono, Nurdin, Agung, 2011. Arsitektur Dalam Perubahan Kebudayaan. Doktor Teknik Arstektur Perkotaan. Soerjono Soekanto, 1982. Pengantar Ilmu Sosiologi, Jakarta Penerbit Rajawali Pers Zain, Zairin, 2012. Pengaruh Aspek Eksternal Pada Rumah Melayu Tradisional di Kota Sambas Kalimantan Barat. Jurnal IPS Vol. 4 Dova NovitaI Made SuyasaAgusman AgusmanRizal KurniansahPermasalahan yang dikaji dalam penelitian ini terkait dengan pengembangan Istana Dalam Loka yang telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Sumbawa dan merumuskan strategi pengembangan yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan sosial Istana Dalam Loka. Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan di Istana Dalam Loka Kecamatan Sumbawa, Kota Sumbawa, NTB. Teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi dengan informan antara lain Kabid. Kebudayaan, Kabid. Pariwisata, juru pelihara, budayawan, wisatawan, dan masyarakat dengan teknik analisis data berupa reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Analisis selanjutnya menggunakan SOAR untuk merumuskan strategi pengembangan Istana Dalam Loka yang tepat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan Istana Dalam Loka belum dilaksanakan secara optimal, khususnya pengembangan pada komponen pengembangan destinasi wisata 4 A. Hal tersebut terjadi karena adanya tumpang tindih dalam pembagian tugas terkait dengan pengelolaan Istana Dalam Loka. Sementara itu, analisis SOAR menunjukkan perumusan strategi berupa perlu adanya peningkatan sinergitas antar-stakeholder,pembangunan sarana prasana, pemberdayaan masyarakat, sosialisasi dan pelatihan, optimalisasi peran DIKBUD dan DISPOPAR, kerjasama dengan pengelola museum, pembentukan organisasi atau kelompok seperti UKM masyarakat dan Pokdarwis. Perumusan strategi ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan oleh stakeholder dalam pengembangan Istana Dalam Loka sebagai daya tarik wisata Kota Sumbawa GambiroAhmad YaminTo look through traditional architecture inheritance of old traditional house Sumbawa palace Dalam Loka, the former palace of the king of Sumbawa empire. The traditional house is located in Sumbawa City, wester southeast Sumbawa Regency. The architectural shape of old palace as a house on stilts reflects a cultural form in the past. The objective of this paper is to reveal space form, space function, structure and the elements of the house, decoration, and the old palace architecture cosmology. Research method used is descriptive with qualitative approach. Data collection techniques are in the forms of observation, interview, and literature studies. The result shows that the form and function of the old palace building consist of three parts, namely the top, the middle and the bottom. The architecture of that old palace has a philosophy namely Salimpat which describes that all human life aspects would be perfect only if in the form of rectangular. That rectangular philosophy is reflected in the form of land area, the columns, the windows and the room space Warisan arsitektur tradisional Sumbawa rumah adat Istana Tua Dalam Loka, yang dahulu digunakan sebagai istana Raja Kesultanan Sumbawa. Rumah adat itu berlokasi di Kota Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Arsitektur rumah adat Istana Tua Dalam Loka yang berupa rumah panggung, mencerminkan bentuk kebudayaan masa lampau. Tujuan penulisan ini adalah, mengungkapkan bentuk dan fungsi ruang, struktur dan elemen bangunan, ragam hias, serta kosmologi dalam arsitektur Istana Tua Dalam Loka. Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, pengamatan, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk dan fungsi bangunan Istana Tua Dalam Loka, terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian atas disebut loteng atau Alang, bagian tengah merupakan badan rumah disebut ruang Dalam Loka Istana Tua, dan bagian bawah atau kolong yang disebut Tabongan. Arsitektur Dalam Loka menganut falsafah Salimpat yang menggambarkan bahwa segala aspek kehidupan manusia barulah sempurna jika berbentuk segi empat. Falsafah tersebut direfleksikan pada bentuk areal tanah, tiang rumah, jendela dan Istana Dalam Loka. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali, NTB, dan NTT KoentjaraningratI Nyoman SumartikaI Nyoman Sumartika, dkk, 2010. Purnapugar Istana Dalam Loka. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali, NTB, dan NTT Koentjaraningrat, 1983. Pengantar Ilmu Antropologi, JakartaPencermin Nilai Budaya Dalam Arsiterkur IndonesiaMaryono IrawanMaryono Irawan, 1985. Pencermin Nilai Budaya Dalam Arsiterkur Indonesia, Jakarta Penerbit Muhammad HasbiRahil Muhammad Hasbi, 2017. Kajian Kearifan Lokal Pada Arsitektur Tradisional Rumah Aceh, Aceh Jurnal Arsitektur Bangunan & Lingkungan Univesitas Marcu Tradisional Orang Kaili, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktoral Jenderal KebudayaanRicky Fs RumagitRicky FS. Rumagit, 2015. Arsitektur Tradisional Orang Kaili, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktoral Jenderal Tradisional Rumah Adat Bugis MakassarA M SaingSaing A. M. 2010. Arsitektur Tradisional Rumah Adat Bugis Makassar. Makassar Indira Art Sardjono, Nurdin, Agung, 2011. Arsitektur Dalam Perubahan SoekantoSoerjono Soekanto, 1982. Pengantar Ilmu Sosiologi, Jakarta Penerbit Rajawali Pers Zain, Zairin, 2012. Pengaruh Aspek Eksternal Pada Rumah Melayu Tradisional di Kota Sambas Kalimantan Barat. Jurnal IPS Vol. 4Hubunganpolitik, budaya dan ekonomi antara Kerajaan Gowa dan Kesultanan Bima akhirnya membuat raja Kerajaan Bima yang bernama La Kai menjadi muslim. Islam yang berkembang di Kesultanan Bima juga dipengaruhi oleh Kesultanan Gowa. [22] Kesultanan Bima kemudian menerapkan hukum Islam dan hukum adat secara bersamaan.
– Kerajaan Dompu adalah salah satu kerajaan kuno yang pernah berdiri di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat NTB. Konon, bangunan yang dulu diduga merupakan tempat Kerajaan Dompu berdiri sekarang sudah diubah menjadi Masjid Raya Dompu. Namun, kediaman raja masih ada hingga sekarang dan berada di Kelurahan ini sejarah Kerajaan Dompu. Baca juga Suku-suku di Bali dan Nusa Tenggara Sejarah berdirinya Kerajaan Dompu Apabila menelusuri kembali sejarah berdirinya Kerajaan Dompu, perlu dipahami terlebih dahulu wilayah Dompu sebelum menjadi selama Kerajaan Dompu berdiri, dikenal dua istilah yang diberikan pejabat tertinggi di pemerintahan masing-masing, yaitu Ncuhi dan Sangaji atau raja. Ncuhi adalah kepala kelompok dan tokoh dalam keagamaan, sedangkan sangaji/raja adalah penguasa pada Zaman Hindu hingga berdirinya Kesultanan Dompu. Pimpinan pemerintahan Dompu pada masa itu dipimpin oleh sangaji/raja yang berjumlah 8 orang. Setelah itu, seiring berjalannya waktu, mulai didirikan sebuah kerajaan atau kesultanan di tempat itu, yang kemudian disebut sebagai Kerajaan Dompu. Untuk menentukan dengan pasti tanggal, hari, bulan, dan tahun berapa Kerajaan Dompu berdiri sangat sulit karena tidak ada prasasti yang menceritakannya.
Nama: Yobel Angela B.MNo Absen : 33Kelas : X MIPA 7Keterangan : Kehidupan Ekonomi dan Peninggalan Kerajaan di Nusa Tenggara• Kerajaan di Nusa tenggara :- Ke
Mataram, NTB ANTARA News - Keturunan Kesultanan Sumbawa Kedatuan Taliwang Kemutar Telu Trah Gowa Talo Dinasti Dewa Dalam Bawa, menuntut pelurusan sejarah dan pengembalian hak atas Kerajaan Sumbawa kepada pewaris yang sah, yakni keturunan dari Amas Bantan Datu Loka. Raja Muda Kesultanan Sumbawa Kedatuan Taliwang Trah Gowa Tallo, M Sahril Amin, di Taliwang, Sumbawa, NTB, Jumat, menyatakan, selama ini telah terjadi pengkaburan sejarah sehingga kesultanan Sumbawa dikuasai pihak yang tidak berhak. "Amas Bantan Datu Loka adalah Raja Sumbawa yang sah. Jadi sudah sepantasnya kami sebagai keturunan beliau melakukan pelurusan sejarah dengan mengembalikan kerajaan Sumbawa kepada pewaris yang sah," kata Amin, yang saat ini bergelar Karaeng Bontolangkasa. Upaya pelurusan sejarah itu, kata dia, bagian dari ikhtiar untuk berperan aktif dalam pengembangan umat menuju masyarakat yang madani dan tegaknya marwah dan martabat Tau dan Tana Samawa terutama yang mengatur tentang adat dan budaya Sumbawa yang diemban sultan sejak masa lampau. "Caranya dengan mengembalikan Kerajaan Sumbawa kepada pewaris yang sah sesuai adat dan tatanan budaya Nusantara," jelasnya. Ia menjelaskan, dalam sistem kesultanan mengenal sistem monarki dimana pengangkatan raja harus berdasarkan keturunan yang sesuai tatanan adat dan budaya. "Hal inilah yang mendasari kami sebagai pewaris Amas Bantan Datu Loka untuk mengembalikan konsep itu demi marwah dan martabat Sultan Sumbawa Datu Taliwang Trah Gowa Tallo Dinasti Dewa Dalam Bawa," cetusnya. Upaya lainnya dalam rangka pelurusan sejarah itu, kata Sahril Amin, dengan akan dilaksanakannya penobatan Raja Muda Kesultanan Sumbawa Trah Gowa Tallo Dinasti Dewa Dalam Bawa dalam waktu dekat. Pelurusan sejarah dan penobatan Raja Muda Kesultanan Sumbawa Kedatuan Taliwang Trah Gowa Talo itu, kata dia, telah mendapat dukungan tertulis dari Forum Silaturahmi Keraton Nusantara FSKN yang ditandatangani wakil ketua umum lembaga itu dan Dewan Adat Nusa Tenggara Barat yang ditandatangani ketuanya, L Satriwangsa. "Dukungan menunjukkan ikhtiar pelurusan sejarah yang kami lakukan saat ini sah dan diakui," katanya. Untuk itu ke depan, dia menyataan Kesultanan Sumbawa Kedatuan Taliwang akan bersinergi dengan pemerintah dan komponen lainnya dalam kehidupan sosial masyarakat dalam pengembangan ummat menuju masyarakat madani. Pewarta Nur ImansyahEditor Ade P Marboen COPYRIGHT © ANTARA 2015 SejarahSekolah Menengah Atas terjawab • terverifikasi oleh ahli Jelaskan kehidupan politik, kehidupan ekonomi,kehidupan agama, kehidupan sosial budaya kerajaan lombok dan sumbawa! (Secara singkat) Iklan Jawaban terverifikasi ahli zuhraalfiani kehidupan agama dan sosial budaya Jakarta - Sumbawa merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat NTB. Letaknya di bagian barat Pulau Sumbawa. Dengan luas wilayah kilometer persegi ini, Sumbawa terdiri 24 kecamatan, delapan kelurahan, dan 157 desa. Menurut sejarah, keberadaan Kabupaten Sumbawa atau Tana Samawa ini mulai dikenal sejak zaman Dinasti Dewa Awan Kuning 1350-1389. Saat itu, corak kerajaan masih bersifat hinduistis. Lalu, corak Hindu tersebut berakhir sejak masa kepemimpinan Raja Dewa Majaruwa yang memeluk Islam setelah kerajaan menjalin hubungan dengan kerajaan Islam Demak. Naik Jet Pribadi, Nikita Willy dan Indra Priawan Ajak Sahabat Liburan di Sumbawa Arti Kebaya Merah Maudy Ayunda yang Dipakai di Hari Kelulusan S2 dari Stanford University Kasus Antrean Panjang demi BTS Meal Berujung Penyegelan Gerai di Berbagai Kota Kabupaten Sumbawa memiliki situs peninggalan sejarah dari zaman Megalitikum, yakni Situs Air Renung. Lokasinya berada di Kecamatan Moyo Hulu. Pada Situs Aik Renung terdapat beberapa peninggalan kuburan batu atau biasa disebut sarkofagus. Pada dinding sarkofagus itu terdapat beberapa ukiran wajah dan tubuh manusia. Tidak hanya satu, tetapi dua batu sarkofagus di sana. Pada batu kedua ukiran Sarkofagusnya lebih beragam. Selain ukiran manusia juga ada ukiran buaya. Namun, ukiran tersebut kian tergerus oleh cuaca. Selain itu, Kabupetan Sumbawa juga masih memiliki hal menarik lainnya. Berikut enam fakta menarik tentang Sumbawa yang telah dirangkum dari berbagai sumber. 1. Pemukiman Terpadat di Dunia Desa Pulau Bungin merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Pulau Bungin ini hanya seluas 8,5 hektare, relatif kecil untuk ukuran desa. Tetapi, jumlah penduduknya banyak sehingga Desa Pulau Bungin dijuluki sebagai pemukiman terpadat di dunia. Dapat dilihat bahwa di daerah itu hampir tidak ada lahan kosong, tidak memiliki garis pantai, dan tidak ada lahan hijau. Dulunya, di pulau ini hanya terdapat gundukan pasir putih. Namun saat ini, penduduk Pulau Bungin saling hidup berdesakan dengan rumah-rumah yang berjejer secara berhimpitan. Uniknya, rumah yang berdiri di desa ini tidak menggunakan batu atau tanah sebagai pondasinya, melainkan menggunakan terumbu karang yang sudah mati. Jadi, warga tak perlu membeli tanah karena mereka harus mengeruk tanahnya sendiri. Saat berkunjung ke sini, jangan lupa mencicipi kuliner seafood-nya yang gurih dan asin. 2. Istana Tua Peninggalan Kesultanan Sumbawa Istana Dalam Loka merupakan saksi bisu yang memperlihatkan kejayaan Kesultanan Sumbawa pada masanya. Pembangunan bangunan tua itu diprakarsai oleh Sultan Muhammad Jalaludin Syah III yang menjadi sultan ke-16 dari Dinasti Dewa Dalam Bawa pada 1885. Istana Dalam Loka terlihat sangat megah dengan bentuk rumah panggung dan memiliki luas bangunan 904 meter. Istana ini dibangun dengan menggunakan kayu yang memiliki filosofi “adat berenti ko syara, syara barenti ko kitabullah”. Filosofi tersebut bermakna bahwa semua aturan adat istiadat maupun nilai-nilai dalam sendi kehidupan masyarakat Sumbawa harus didasarkan pada syariat Islam. Lambang Islam juga dapat dilihat dari kayu penyangga yang berjumlah 99 dengan arti Asmaul Husna. Bangunan istana dibangun dengan sistem baji, apabila terjadi gempa bumi bangunan ini memiliki tingkat kelenturan yang tinggi. Saksikan Video Pilihan Berikut IniSaat pandemi Covid-19 ini banyak sekolahan yang masih menggunakan sistem belajar online dirumah menggunakan Internet. Tetapi ada yang unik di Sekolah ini karena belajar online menggunakan alat bantu Handie Talkie HT. 3 KEHIDUPAN EKONOMI DAN SOSIAL Kehidupan ekonomi dan sosial Kerajaan Melayu menyerupai Kerajaan Sriwijaya. Para Bangsawaan memeluk agama Budha sedangkan rakyatnya memeluk kepercayaan tradisional Kegiatan perekonomian yang sering dilakukan adalah berdagang. 4.Tampak depan Istana Dalam Loka di Sumbawa Foto Shutter StockRatusan tahun yang lalu, nama Sumbawa terkenal di dunia karena letusan Gunung Tamboranya yang dahsyat. Letusan itu bahkan berhasil membuat benua Eropa tak mengalami musim panas selama setahun penuh pada 1816 silam. Kurang lebih 69 tahun setelahnya, tepatnya pada 1885, muncul sebuah kerajaan yang dikenal sebagai Kerajaan Sumbawa. Dibangun oleh Muhammad Jalaluddin Syah III, kerajaan ini memiliki sebuah istana indah di Kota Sumbawa Besar yang diberi nama Istana Dalam Loka. Istana Dalam Loka di Sumbawa berada di Kota Sumbawa Besar Foto Shutter StockKerajaan Sumbawa atau yang juga disebut sebagai Kesultanan Samawa adalah kesultanan bernafas Islam yang merupakan satu dari tiga kerajaan besar di Sumbawa. Seperti yang dikutip dari laman resmi Kemenparekraf, Istana Dalam Loka dibangun untuk menggantikan istana lama yang terbakar. Dulunya Istana Dalam Loka digunakan sebagai pusat pemerintahan sekaligus kediaman bagi sultan beserta dengan anggota kerajaan. Namun kini, istana tersebut sudah menjadi cagar alam dan digunakan sebagai venue untuk pemilihan putra/putri daerah Taruna-Dadara, latihan menari, teater, hingga serune seruling Sumbawa. Salah seorang wisatawan memotret Istana Dalam Loka Foto Shutter StockPembuatan Istana Dalam Loka di masa lalu tak sembarangan. Terdapat filosofi adat yang dianut untuk membangun tempat ikonik itu. Filosofi itu adalah Adat berenti ko syara, syara barenti kokitabullah.'Artinya, semua aturan adat istiadat maupun nilai-nilai dalam sendi kehidupan masyarakat Sumbawa harus bersemangatkan pada syariat Islam. Jadi, enggak heran apabila banyak hal dalam Islam yang diadopsi dalam pembangunan istana ini. Istana Dalam Loka memiliki luas 904 meter persegi, dibangun selama sembilan bulan, dan memiliki 99 tiang penyangga, seperti jumlah Asma'ul Husna. Dalam Antara, disebutkan pula bahwa istana itu memiliki 17 anak tangga, sama dengan jumlah rakaat dalam salat lima waktu. Tampak samping Istana Dalam Loka di Sumbawa Foto Shutter StockBangunannya berbentuk seperti rumah panggung dan terbuat dari kayu jati. Penggunaan kayu jati dalam bangunannya rupanya tak sembarangan. Kayu jati dipilih karena sifatnya yang cenderung menjadi lebih kuat seiring dengan bertambahnya usia. Karena di masa lalu, kayu jati dikeringkan secara alami, agar dapat kokoh sepanjang waktu. Bangunannya dibuat menghadap ke selatan. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, berdasarkan hukum arah mata angin, selatan dapat memberikan suasana sejuk, tenteram, damai, dan juga punya makna tersendiri bagi pemimpin, yaitu mau dan berani menatap pada masa lalu sehingga pemimpin itu memiliki kebijaksanaan dan kearifan dalam menyikapi masa lalu sebagai pelajaran di masa depan dan tentu saja di masa kini. Istana Dalam Loka di Sumbawa didominasi kayu Foto Shutter StockIstana Dalam Loka terdiri dari dua lantai. Lantai pertama berisi ruang pertemuan dan upacara kesultanan, kamar tidur sultan dan permaisuri, kamar tidur anggota kesultanan, kamar dayang, tempat salat dan dapur. Sementara, lantai dua berisi ruangan menenun dan tempat bermain putri sultan. Buat kamu yang berencana untuk menyambangi Istana Dalam Loka, jangan lupa untuk melepaskan alas kaki sebelum memasuki istana, yang terakhir, jangan heran apabila Istana Dalam Loka terlihat kosong karena memang benda-benda pusaka peninggalan Kesultanan Sumbawa seperti mahkota, pakaian kebesaran, pedang, tombak, dan yang lainnya telah dipindahkan ke Istana Bala Kuning. Meski begitu, enggak perlu ragu untuk berkunjung. Anak-anak yang berlatih kebudayaan di Istana Dalam Loka bisa menjadi atraksi yang menarik untuk disaksikan selain mendengarkan kisah sejarah bangunan tersebut. Cocok banget buat jadi tempat wisata di Sumbawa bagi para pecinta menyambangi Istana Dalam Loka?
JgM7pS.